Manusia adalah seorang pembelajar sejati dimana dia akan selalau mempelajari lingkungan terus menerus baik secara langsung sebagai informasi atau sebagai bekal dia beradapatasi. Dan pembelajaran ini dimulai dari hal sederhana ketika anak masih kecil seperti ketika dia belajar merasakan benda, berjalan atau bicara. Akan tetapi kebanyakan orang tua masih belum mengerti bahwa bagaimana kita menyikapi proses pembelajaran waktu kecil ini sangat berarti untuk pembelajaran di kemudia hari. Pada umumnya masih sering proses pembelajaran pada saat anak anak mendapat perlakuan respon yang kurang baik. Baik ketika mereka sedang belajar merasa dengan mulutnya, ketika mereka belajar berjalan, atau kita mereka belajar berbicara yang belum paham mereka mengerti arti kata kata tersebut.
Ketika sudah mulai berbicara dan banyak bertanya, jawaban yang didapatpun tidak memuaskan dan bahkan cenderung menyakiti rasa keingin tahu si anak. mungkin ini karena faktor kelelahan saat mengasuh atau capek memberikan penjelasan yang berulang-ulang. Biasanya anak saat melihat barang baru di rumah dan anak cenderung ingin mengetahui lebih dekat dan memegangnya, namun respon orang-orang dewasa di sekelilingnya malah menjauhkan barang tersebut karena takut rusak atau mencederai anak. Dari pemaparan diatas sudah ada yang mengerti kenap anak malas belajar?
Lalu kasus lain adalah ada seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, sebut saja Toni. Orang tuanya mengeluhkan anaknya tidak suka belajar dan sudah mendapat peringatan dari gurunya. Namun ketika Toni ditanya tentang hobinya, dia dengan sigap menjawab hobinya adalah sepak bola, dan tim kegemarannya adalah Arsenal. Bahkan dia hafal seluruh pemain inti dan pemain cadangan. Siapa pelatih dan assistennya, nomor punggung pemain, tanggal ulang tahun serta daftar pencetak gol, pemberi assist dan poin klasemen liga beserta urutannya. Luar biasa bukan? Ini menunjukan tidak ada masalah dengan otak Toni. Masalahnya datang dari sumber yang lain.
Ok, melihat kasus tersebut jelas permasalahnya buka karena Toni bodoh namun tidak ada ketertarikan mempelajari pelajaran tersebut. Tentu ini perlu diberi respon yang benar sehingga tidak mendapatkan perlawanan dan bisa membuat anak semangat untuk belajar. Tahap pertama perbaikan adalah dari orang tuanya terlebih dulu. Untuk anak sekecil itu, orang tua memegang peranan penting dalam masa tumbuh kembang anak serta membantu sekali untuk mengatasi masalah anak. Lalu komunikasi dengan cinta dalam setiap didikannya.
Seorang pakar pendidikan, Timothy Wibowo, memberikan beberapa kiat supaya anak bisa menjadi rajin dan mudah belajar di sekolah. Berikut tipsnya:
Dari 6 point tahapan untuk member semangat belajar kepada anakan Intinya adalah kerjasama berbagai pihak dalam menyuntikan rasa percaya diri untuk anak dalam batas wajar. Karena point diatas jika dilakukan secara berlebihan justru akan berdapat yang tidak baik untuk anak. Lihat perkembangan pembelajarannya sehingga bisa disesuaikan. Jika sudah mulai muncul semangat belajar sianak maka 50% sudah berhasil
sumber: http://mediapembelajaraneffektif.blogspot.com/2015/12/contoh-artikel-pendidikan-menumbuhkan.html