Menjadi salah satu proyek percontohan untuk inovasi teknologi Wolbachia, Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana berharap kasus demam berdarah menurun.
Kasus demam berdarah di kabupaten Buleleng hingga Januari 2023 mencapai 101 kasus. Data ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2022 yang hanya 875 kasus. Banyaknya kasus demam berdarah dipicu musim penghujan. Guna mengendalikan kasus, World Mosquito Program (WMP) dan Pemerintah Provinsi Bali didukung Pemerintah Australia dan Gillespie Family Foundation melakukan proyek percontohan di kabupaten Buleleng dan kota Denpasar.
Inovasi pengendalian kasus demam berdarah menggunakan bakteri wolbachia diapresiasi Pj Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana. Hal itu disampaikan dalam sambutannya saat membuka sosialisasi terkait di Kecak Hall Hotel Banyualit Lovina Jumat (3/2). "Kami menyambut baik inovasi ini mudah-mudahan bisa dilakukan secara nyata di Buleleng. Setelah ini ada satu fakta yang kita harapkan yaitu penurunan," ungkapnya.
Pj Bupati Lihadnyana menjelaskan sosialisasi secara masif mesti dilakukan. Agar mempercepat program pengendalian. "Makanya saat ini mengundang dari tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa adat," imbuh Lihadnyana.
Lihadnyana juga menegaskan agar OPD terkait cepat tanggap dalam menangani kasus demam berdarah. "Jangan tunggu sampai ada yang meninggal," tutupnya.
Inovasi wolbachia dapat menahan virus dengue dalam tubuh nyamuk sehingga tidak menular ke manusia. Inovasi ini dikembangkan WMP dengan memasukkan bakteri wolbachia kedalam nyamuk aedes aegepty. Selanjutnya nyamuk yang telah berisi bakteri wolbachia akan dilepas pada lingkungan untuk selanjutnya berkembangbiak. Nyamuk jantan biasa jika kawin dengan nyamuk betina berbakteri wolbachia tidak akan bisa berkembangbiak. Sebaliknya jika nyamuk jantan yang berbakteri wolbachia, maka akan menghasilkan larva nyamuk berbakteri wolbachia. Dengan menekan jumlah nyamuk aedes aegepty yang tidak berbakteri wolbachia akan mampu menurunkan kasus demam berdarah.(ags)