Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana selaku Kuasa Pemilik Modal (KPM) mengharapkan dana Corporate Sosial Responsibility (CSR) Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng (Perumdam THB) lebih dialokasikan untuk kehidupan lingkungan yang berkelanjutan.
Hal itu disampaikannya saat menghadiri Rapat Pemilik Modal Tahunan Perumdam THB tahun buku 2021 di Smart Room Perumdam THB, Selasa (26/7).
Agus Suradnyana mengatakan penyaluran dana CSR khususnya di Perumdam THB agar lebih nyata terasa kepada masyarakat. Salah satunya untuk membantu upaya menjaga kehidupan lingkungan yang berkelanjutan. Salah satu contoh yang bisa diberikan dana CSR adalah di proyek jalan baru Singaraja-Mengwitani. Proyek tersebut banyak memotong lahan dan juga pohon. Kawasan-kawasan yang terdampak tersebut bisa ditanami kembali dengan dana CSR dari Perumdam THB. “Harapan saya ke depan, dengan penyaluran CSR tersebut, Perumdam THB bisa dapat Kalpataru. Kan lebih keren. Karena selama ini Perumdam THB memiliki segudang prestasi dan penghargaan,” katanya.
Mengenai pemanfaatan bendungan yang ada di Buleleng, mantan anggota DPRD Provinsi Bali ini menginstruksikan kepada direksi Perumdam THB untuk membuat rencana bisnis yang detail. Harus berani melakukan investasi kalau memang diuntungkan. Seperti pembelian pipa dalam belanja modal. Ini diperlukan untuk memperkuat kualitas cakupan layanan. “Intinya harus berbanding lurus antara keuntungan dan kualitas cakupan layanan,” ucap Agus Suradnyana.
Sementara itu, Direktur Utama Perumdam THB I Made Lestariana menyebutkan akan berusaha menjawab permintaan dari KPM tersebut. Dirinya sepakat dengan KPM bahwa penyaluran dana CSR harus memperhatikan pembangunan lingkungan yang berkelanjutan. Usulan ini juga disampaikan pada rapat tahunan sebelumnya untuk menanam pohon yang bisa menangkap air. “KPM sangat berkomitmen dengan keberlangsungan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan,” sebutnya.
Mengenai investasi, dirinya menambahkan akan menghitung secara cermat kemampuan keuangan perusahaan. Termasuk kemungkinan dengan dana pinjaman bank. Tidak semata-mata mengandalkan penyertaan modal dari pemerintah. “Kita akan lihat dari potret kinerja yang dihasilkan,” imbuh Lestariana. (dra)