Berbagai upaya dilakukan untuk memberdayakan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kabupaten Buleleng, Bali agar tetap bersemangat dalam menjalani hidupnya. Salah satunya dengan pemberian program Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
“Supaya tidak putus asa, tidak boleh mengasingkan diri, tidak boleh mengucilkan diri. Agar tetap melaksanakan kegiatan sehari-hari seperti biasa,” ujar Wakil Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra yang juga Ketua Harian Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) saat ditemui usai menyerahkan secara simbolis bantuan paket sembako kepada para ODHA di Puskesmas Gerokgak I dan Puskesmas Gerokgak II, Selasa (5/10).
Upaya-upaya untuk menjaga semangat hidup para ODHA ini terus dilakukan oleh Pemkab Buleleng. Termasuk upaya agar kehidupan dari para ODHA bisa berjalan sebagaimana biasa. Sutjidra menjelaskan salah satunya dengan membentuk KUBE ini. Dengan pembentukan KUBE, ODHA bisa beraktivitas normal di masyarakat. Di dalamnya ada kegiatan ekonomi juga. “Seluruh bidang kehidupan, salah satunya ekonomi harus tetap dijalankan. Namun, ada rambu yang harus ditaati,” jelas dia.
Saat ini, KUBE untuk ODHA sudah berjalan. Dalam KUBE, ada kegiatan yang bisa menjaga ataupun meningkatkan taraf hidup dari para ODHA. Contoh kegiatan ekonominya adalah memelihara ternak untuk dijual kembali. Kemudian ada budidaya tanaman sudah dilakukan. Pelatihan-pelatihan keterampilan juga diberikan dalam KUBE. Seperti memelihara ternak, para ODHA akan diberikan pelatihan membuat kendang yang baik, pemeliharaan sampai keperluan pakannya. Ada pula pelatihan keterampilan menganyam. “Seluruh kegiatan ekonomi tersebut dilakukan agar para ODHA bisa mandiri secara ekonomi. Tidak lagi menjadi beban untuk anggota keluarga lainnya,” kata Sutjidra.
Disinggung mengenai stigma yang diterima oleh para ODHA dan keluarganya, Sutjidra mengungkapkan dari pengamatannya sepanjang Kecamatan Tejakula sampai dengan Kecamatan Gerokgak, stigma tersebut sudah mulai berkurang. Fakta itu didapat dari dialog langsung dengan ODHA. Anak-anak dari para ODHA ini pun sudah diterima di lingkungannya. Termasuk dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya. “Dulu anak dari para ODHA kan ditolak. Tapi sekarang sudah tidak ada penolakan seperti itu. Tadi kita tanya juga ada yang sudah kelas 2 SD, kelas 4 SD. Ya syukur-syukur stigma ini sudah lambat laun hilang di Kabupaten Buleleng,” ungkapnya. (dra)