Guna mendukung sistem informasi Gempa Bumi dan Tsunami di Wilayah Bali khususnya di Kabupaten Buleleng secara cepat, tepat dan akurat, dalam waktu dekat akan segera dibangun satu lagi shelter seismik. Perangkat tersebut akan di bangun pada lokasi atau titik rawan gempa dan tsunami, yang berada di Kecamatan Seririt.
Sebelumnya, pada tahun 1984 alat tersebut sudah terpasang di wilayah Buleleng Timur, tepatnya berada di Air Sanih Kecamatan Kubutambahan. Mendengar rencana pembangunan perangkat ini, Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, ST sangat berterimakasih, mengingat perangkat tersebut mampu perkuat sistem informasi gempa dan tsunami di Buleleng.
Hal ini disampaikan langsung Bupati PAS saat menerima audensi dari Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III - Denpasar, Drs. Mohamad Taufik Gunawan, Dipl.SEIS bersama Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng, Ida Bagus Suadnyana, SH., M.Si bertempat di ruang kerjanya, Selasa (28/1).
Untuk menunjang pembangunan perangkat tersebut, dibutuhkan lokasi khusus yang memiliki kariteria tanah berbatu dan tekstur cukup keras. “Namun, telah disepakati shelter seismik ini akan dibangun di Desa Lokapaksa Kecamatan Seririt. Disamping sebagai lokasi yang ideal, rekam jejak Seririt juga adalah salah satu titik rawan terjadi gempa bumi di Buleleng,” ungkap PAS.
Diakui oleh Bupati Suradnyana setelah menerima persentasi dari Tim BMKG Wilayah III tersebut, dirinya menilai sensor ini sangat sensitif dan mampu merekam skala gempa yang sangat terkecil sekalipun. “Saya akan fasilitasi pembangunan perangkat ini bersama bagian aset terkait penyediaan lahan tersebut, ukurannya kurang lebih 1 are dan tidak terlalu luas namun memiliki manfaat yang cukup besar,” sambungnya.
Sementara itu, Taufik Gunawan selaku Kepala BBMKG menjelaskan bahwa pembangunan shelter seismik ini adalah salah satu program dari BMKG untuk meningkatkan kapasitas pendeteksi gempa bumi dan tsunami. Tahun sebelumnya sudah terbangun sebanyak 194 sensor disuluruh Indonesia dan ditahun 2020 ini akan ditambahkan lagi sebanyak 175 sensor.
“Fungsinya yakni semakin rapat jaringan pencatat gempa (seismograf) itu, maka informasi yang datang semakin cepat dan akurat juga,” ujar Gunawan.
Kecepatan informasi terkait gempa dan tsunami ini sangat didukung oleh kesiapan sensor dan alat pencatat. Namun, peletakan alat-alat BMKG ini memiliki standar khusus agar bekerja dengan baik. “Seperti yang sudah saya sampaikan kepada Bapak Bupati tadi, dasar tanah harus berupa bebatuan, dan sekeliling alat tersebut jauh dari pusat keramaian,” tambah Taufik Gunawan.
Lebih lanjut, Taufik Gunawan juga menambahkan bahwa untuk saat ini sudah terpasang sebanyak 50 inten centimeter dan sebanyak 12 buah sudah terpasang di Buleleng. Alat ini nantinya memiliki fungsi untuk mengetahui dampak kerusakan yang diakibatkan oleh gempa bumi yang terjadi secara cepat dan akurat.
“Nantinya ketika terjadi gempa bumi di Buleleng, secara otomatis alat akan mencatat dimana pusat kerusakan yang terjadi. Tanpa menunggu lama, BPBD pun dapat segera mengambil tindakan dan menuju lokasi yang diinfokan,” jelas Kepala BBMKG Taufik Gunawan. (Stu)