Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng tengah serius untuk menggarap potensi kopi robusta. Kopi ini dianggap memiliki rasa yang unik, sehingga memiliki tempat tersendiri di kalangan pecinta kopi. utamanya kopi robusta.
Varietas kopi robusta salah satunya dapat dilihat di Desa Pucaksari, Kecamatan Busungbiu. Para petani di desa tersebut bisa menghasilkan kopi robusta dua ton per hektar.
Sedikitnya 24 orang petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Kutul Amerta Rahayu, Desa Pucaksari membudidayakan kopi robusta di daerahnya. Budidaya ini merupakan turun temurun dari para orang tua sejak tahun 1980 an. Luas lahan yang digunakan untuk budidaya dari 24 petani tersebut kurang lebih 100 hektar. Hasilnya pun mulai dikemas dan dipasarkan dengan menggandeng pihak swasta.
Produk kopi robusta yang dihasilkan petani Desa Pucaksari diberi label Kopi Kutul Robusta. Kopi Kutul Robusta diluncurkan perdana di Dusun Beteng, Desa Pucaksari, Senin (2/3) lalu.
Dihubungi pada Selasa (3/3), Ketua Kelompok Tani Kutul Amerta Rahayu, I Nyoman Cindrayama menjelaskan petani di kelompoknya bisa menghasilkan kopi kering rata-rata dua ton per hektar. Hasil ini tergantung pula dari beberapa faktor. Salah satu yang utama adalah faktor cuaca. Jika cuaca mendukung, hasil panen bisa maksimal. Bahkan bisa melebihi dari dua ton. “Sampelnya saya ambil beberapa dan rata-rata menghasilkan dua ton per hektar. Minimal cuma satu ton per hektar,” jelasnya.
Untuk pemasaran produk Kopi Kutul Robusta, Kelompok Tani Kutul Amerta Rahayu sudah bekerjasama dengan CV Merta Yustika yang berasal dari Gianyar. Kerjasama ini merupakan hasil promosi kecil-kecilan produk Kopi Kutul Robusta ke berbagai pihak. Nantinya, pihak swasta ini akan memasarkan dan mendistribusikan produk tersebut ke seluruh Bali. Untuk pengemasan, masih memakai teknik manual oleh Kelompok Tani Kutul Amerta Rahayu. “Pihak CV Merta Yustika hanya membantu memasarkan dan promosi. Karena sebetulnya CV tersebut bergerak dalam bidang entertainment namun perusahaan tersebut berminat menjual produk kopi kita,” ujar Cindrayama.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan UKM (Disdagperinkop UKM), Drs. Dewa Made Sudiarta menyebutkan Pemkab Buleleng serius mengincar pasar kopi robusta ini melalui kerja bersama antar instansi. Salah satunya adalah Disdagperinkop UKM. Sesuai dengan tupoksinya, Disdagperinkop UKM akan melakukan pendampingan mengenai pemenuhan ijin seperti ijin dari Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). “Ini dilakukan agar produk kopi robusta dari Desa Pucaksari bisa menembus pasar nasional bahkan internasional. Termasuk kita juga bantu pemasarannya,” sebutnya.
Dirinya menambahkan pemasaran juga akan melibatkan Perusahaan Daerah (PD) Swatantra. Direktur Utama PD Swatantra yang baru, I Gede Bobi Suryanto, SE juga hadir pada saat peluncuran perdana Kopi Kutul Robusta. PD Swatantra nantinya akan membantu meningkatkan kualitas produk olahan kopi Desa Pucaksari agar bisa menembus pasar nasional dan internasional. “Kita bekerjasama dengan semua pihak untuk mengejar pasar kopi robusta ini. Ini dikarenakan kopi robusta Desa Pucaksari sudah dikenal di kalangan pecinta kopi dan rasanya enak,” imbuh Dewa Made Sudiarta. (dra)