8970900930
prokomsetda@bulelengkab.go.id
Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan

Buleleng Siap Gelar Bulfest 2019, Gong Kebyar Wajib Gunakan “Gong Pacek”

Admin prokomsetda | 04 Agustus 2019 | 284 kali

Pemerintah Kabupaten Buleleng kembali akan menggelar ajang festival bergengsi, Buleleng Festival (Bulfest). Sejumlah kesenian tradisional khas Buleleng kembali dibangkitkan dan ditampilkan dalam festival tahunan yang akan digelar untuk yang ketujuh kalinya itu. Salah satu yang unik dalam penampilan kesenian nantinya adalah setiap parade gong kebyar wajib menggunakan “Gong Pacek”, sebagai perangkat kesenian asli Buleleng.

 

Kepala Dinas Kebudayaan Kab.Buleleng Gede Komang mengungkapkan, momentum Bulfest tahun ini akan dijadikan ajang untuk mengembalikan kejayaan Gong Pacek yang merupakan warisan kesenian dari Buleleng.  Sehingga, dalam setiap penampilan kesenian pada gelaran Bufest ini, peserta dilarang menggunakan “Gong Gantung”.

 

“Dari saat  ini kami memang harus berusaha mengembalikan kebangkitan Gong Pacek, sebagai warisan leluhur kita (di Buleleng). Jadi Saya tidak mau para seniman di Buleleng meniru-niru gong yang ada di daerah lain,” ungkap Gede Komang saat memberikan konferensi pers di Singaraja,  Minggu (4/8) siang.

 

Masih kata Gede Komang, selain wajib menggunakan Gong Pacek sebagai perangkat kesenian khas Buleleng, pada Bulfest ke-7 ini juga akan menampilkan kolaborasi kesenian tradisional Gong Kebyar Dauh Enjung-Dangin Enjung. Ditampilkan dengan konsep mebarung, gong kebyar Dauh Enjung – Dangin Enjung ini akan mengiringi tarian khas  dari dua sisi daerah budaya tersebut.

 

Dari Dangin Enjung terdapat nama besar pengawi kesenian antara lain Gde Manik dan Pan Wandres. Adapun kesenian hasil garapan Dangin Enjung antara lain Tari Terunajaya, Tari  Legong Kekebyaran, dan Tari Cenderawasih. Sedangkan di Dauh Enjung ada nama besar Ketut Mardana dan I Putu Sumiasa, dengan garapan seni antara lain Tari Wiranjaya, Tari Merpati, dan Tari Nelayan khas Buleleng.

 

“Jadi kami ingin mengembalikan (kesenian) yang asli. Bapak Bupati juga mempunyai harapan yang sama, sehingga antara kesenian tradisional dengan modern (musik, band) bisa tampil seimbang dalam Bulfest,” tambah mantan Kadis Sosial Kab.Buleleng ini.

 

Pada acara pembukaan Bulfest ke-7 nanti kembali akan ditammpilkan tarian masal, yaitu tari Panyembrama, sebagai tari penyambutan. Sebanyak 500 orang penari yang dibawakan oleh remaja putrid dari berbagai desa di Buleleng akan menarikan tarian peyambutan tersebut. Dipilihnya tari Panyembrama ini mengingat tarian ini sudah menjadi tarian tradisional universal khas Bali, dan secara khusus digunakan untuk menyambut tamu.

 

Adapun perbedaan lain dalam gelaran Bulfest yang akan berlangsung dari tanggal 6 s/d 10 agustus 2019 ini, yaitu diberikannya kesempatan kesenian luar daerah Bali untuk tampil pada panggung utama. Kesenian itu adalah tarian khas etnis Medan, Sumatera Utara, yang direncanakan tampil pada malam kedua Bulfest. Tampilnya kesenian dari luar daerah Bali inipun dianggap sebagai apreasiasi dan pengakuan atas pelaksanaan Bulfest yang sudah masuk Calendar Of Event Kementerian Pariwisata RI.

 

Pada acara pembukaan Bulfest tanggal 6 Agustus nanti , juga direncanakan dihadiri oleh sejumlah pejabat Pemerintah Daerah dari luar Bali dan tamu mancanegara. Pejabat dari luar Bali yang sudah diipastikan hadir antara lain anggota DPRD Kota Pangkalpinang sebanyak 30 orang, Wakil Walikota Palembang, dan pejabat dari Dinas Kebudayaan Kota Surakarta, Jawa Tengah. Yang menarik, kehadiran anggota DPRD Kota Pangkalpinang di atas adalah dalam rangka mempelajari pelaksanaan festival seni di Buleleng.

 

Sedangkan tamu mancanegara akan hadir sedikitnya 200 orang dari berbagai Negara. Tamu ini merupakan peserta seminar internasional di Undiksha Singaraja. Mereka secara khusus meminta pelaksanaan seminar agar bersamaan dengan pelaksanaan Bullfest, sehingga bisa menyaksikan gelaran festival yang dirintis pada tahun 2013 silam.

 

Untuk diketahui, pelaksanaan Bulfest ke-7 tahun 2019 ini akan mengambil tema “Shining Buleleng” yang memiliki makna Buleleng Bersinar. Tema ini diangkat sebagai upaya mengangkat dan mengembalikan kejayaan kesenian tradisonal Buleleng sehingga berjaya dan bersinar kembali.***(tri)