Pekerja sektor pariwisata di Kabupaten Buleleng, diharapkan meningkatkan standar kompetensi mereka di dunia pariwisata. Terlebih dengan diterapkan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), persaingan di dunia usaha, termasuk di industri pariwisata, dipastikan semakin ketat.
Puluhan pekerja pariwisata, baik itu pemandu wisata lokal, penyedia jasa wisata, hingga pedagang acung, diberikan pelatihan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Buleleng. Pelatihan itu dilakukan di Wantilan Pura Desa Kalibukbuk mulai Rabu (27/5) hingga Jumat (29/5) .
Para pekerja pariwisata itu sengaja diminta mengikuti pelatihan, karena persaingan industri jasa pariwisata dipastikan semakin ketat. Seiring dibukanya keran MEA, dipastikan kompetisi menjadi semakin ketat, karena SDM dari negara-negara ASEAN akan ikut ke berkompetisi mencari pekerjaan.
“Bali itu yang paling dikenal di ASEAN. Pekerja pariwisata dari negara-negara ASEAN bisa saja nanti ikut mencari lahan pekerjaan di Bali. Bukan hanya di daerah selatan seperti Kuta dan Nusa Dua, di Buleleng juga bisa dilirik nanti,” kata Kepala Disbudpar Buleleng, Gede Suyasa.
Suyasa menambahkan, pihaknya sengaja meminta seluruh pekerja pariwisata meningkatkan kompetensi mereka. Khususnya dalam kemampuan berbahasa, dan pemasaran produk jasa pariwisata. Sehingga wisatawan merasa aman dan nyaman ketika memanfaatkan jasa, khususnya di Kawasan Wisata Lovina.
Sementara itu Ketua BPC PHRI Buleleng Dewa Ketut Suardipa mengakui jika MEA akan memperketat persaingan di dunia usaha pariwisata. Khususnya bagi para penyedia jasa pariwisata.
“Kalau memang tidak andal, atau terjun dengan kemampuan pas-pasan, bisa saja tersingkir dengan pekerja dari luar negeri. Ini yang harus diproteksi bersama-sama,” kata Suardipa.
Rencananya, pelatihan akan dilakukan secara kontinu dengan melibatkan pemandu wisata dan penyedia jasa pariwisata di Buleleng, termasuk yang berstatus freelance. Sehingga kompetensi bisa terus ditingkatkan