Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah diperingati pada tanggal 5 Juni 2019. Perayaan Hari Raya Idul Fitri tahun ini diharapkan mampu mempererat kembali perbedaan yang terjadi saat ajang pemilihan umum (pemilu) tahun 2019 lalu.
Harapan tersebut diungkapkan Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, ST yang didampingi Wakil Bupati Buleleng, dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG menyikapi perayaan Idul Fitri 1440 Hijriah tahun 2019, Selasa (4/6).
Persatuan dan kesatuan bangsa yang sempat mengalami perbedaan saat pemilu 17 April 2019 lalu, menurut Agus Suradnyana, harus kembali dieratkan. Momentum perayaan hari kemenangan Idul Fitri 1440 Hijriah ini bisa dijadikan tonggak untuk kembali bersatu membangun Bangsa Indonesia dan Buleleng khususnya. Agus Suradnyana pun bersyukur, di Buleleng, hubungan antar umat beragama berjalan kondusif jelang maupun saat pemilu. "Kita harus bersatu kembali. Perayaan Idul Fitri 1440 Hijriah bisa dijadikan momentum untuk terus merekatkan persatuan antar umat beragama khususnya di Kabupaten Buleleng," jelasnya.
Mantan anggota DPRD Provinsi Bali ini kembali menekankan betapa pentingnya toleransi antar umat beragama terkhusus di Kabupaten Buleleng. Dirinya menilai toleransi antar umat beragama di Buleleng masih sangat tinggi. Toleransi ini juga terlihat ketika umat Muslim melaksanakan kewajibannya beribadah puasa pada bulan ramadhan ini. "Ini sangat kita perlukan. Toleransi dan persatuan antar umat beragama untuk mendukung pembangunan di Kabupaten Buleleng," ujar Agus Suradnyana.
Sementara itu, Wabup Sutjidra mengamini apa yang diucapkan Bupati Agus Suradnyana.Harapan kepada umat Muslim dan umat beragama lainnya untuk menjadikan momentum perayaan Idul Fitri kali ini awal yang baik untuk bersatu dan berdiri bersama dalam membangun Kabupaten Buleleng. Pembangunan di Kabupaten Buleleng akan berjalan dengan lancar jika didukung oleh seluruh elemen masyarakat dan persatuan antar umat beragama. "Dengan suasana dan dengan hati yang fitri ini, mari kita bersatu dan berdiri bersama untuk membangun Buleleng yang lebih maju dan sejahtera," ajaknya.
Dirinya pun menambahkan keberadaan umat Muslim di Buleleng memiliki sejarah yang panjang dari jaman kerajaan. Bagaimana dahulu Ki Barak Panji Sakti yang diberikan pasukan oleh Raja Blambangan sebagai hadiah dan kini hidup berdampingan serta penuh toleransi di Desa Pegayaman. Begitu pula komunitas umat muslim di Kampung Singaraja yang hingga saat ini hidup penuh toleransi bahkan sampai di lingkungan Puri Kanginan. "Mereka sampai membantu setiap kegiatan di puri. Oleh karena itu, kita sebagai penerus wajib menjaga toleransi ini. Jangan sampai ada perpecahan karena beda keyakinan," tutup Sutjidra. (dra)