Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Buleleng menggelar rapat koordinasi (rakor) mengenai jadwal dan acara pada Calendar of Event (CoE) 2020. Ini dilakukan untuk menghindari perubahan jadwal yang telah dipasang di CoE Buleleng 2020.
Rakor yang melibatkan seluruh instansi dan stakeholder terkait digelar di Ruang Rapat Dispar Buleleng, Singaraja, Kamis (5/12).
Ditemui usai rakor, Kepala Dispar Buleleng, Ir. Nyoman Sutrisna, MM menjelaskan jika mengacu kepada Kementerian Pariwisata (Kemenpar), setiap CoE yang dikeluarkan akan dipublikasikan. Baik itu kepada travel agent, kedutaan besar maupun para pelancong sendiri. Jika jadwal yang sudah disusun berubah secara signifikan, dampaknya adalah komplain dari tamu ataupun pelancong. Diharapkan penyusunan CoE harus matang dan benar-benar dipikirkan. “Supaya festival-festival di setiap daerah tidak terjadi perubahan penyelenggaraan,” jelasnya.
Khusus untuk Kabupaten Buleleng, diselenggarakan rakor penyusunan CoE 2020 Buleleng. Rakor ini menginformasikan kepada seluruh stakeholder agar setiap kegiatan, festival atau even dipikirkan secara matang. Ini diperlukan mengingat jadwal kegiatan harus fix. Tidak terjadi lagi perubahan-perubahan jadwal sehingga tidak ada komplain dari tamu. “Kita harapkan seperti itu sehingga seluruh kegiatan berjalan dengan lancar,” ujar Nyoman Sutrisna.
Nyoman Sutrisna pun mengungkapkan ada keinginan dari Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, ST agar penyelenggaraan festival efektif dan efisien. Dari keinginan tersebut pihaknya mencoba menggagas even budaya di Buleleng. Konsepnya adalah di setiap pura Kahyangan Tiga yang memiliki kekhasan dan keunikan akan digelar even budaya. “Nantinya kami akan laporkan ke Kementerian mengenai even budaya tersebut sehingga atraksi budaya di Buleleng semakin banyak,” ungkapnya.
Mantan Kepala Dinas Perikanan ini mengatakan dengan berdasarkan even yang ada pada tahun 2019, jumlah even di tahun 2020 sejumlah 14 even yang berbentuk festival. Jumlah tersebut ada di Kabupaten yaitu lima even dan disetiap kecamatan masing-masing satu sehingga jumlahnya sembilan. Selain itu ada even tambahan dari Dinas Pariwisata yang melibatkan pihak ketiga yaitu seperti Buleleng Expo. “Ke depan kita akan rangkul desa adat yang memiliki keunikan seperti di Munduk dengan nyakan di wang nya sehingga tamu bisa lebih lama tinggal di Buleleng,” kata Nyoman Sutrisna.
Disinggung mengenai efektivitas dari festival ataupun even yang telah dilakukan, Nyoman Sutrisna menambahkan cukup efektif untuk menarik wisatawan. Ini ditunjukkan dengan tren peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Pada tahun 2016 kunjungan mencapai 800.000 orang. Meningkat pada tahun 2017 sebesar 950.000 orang. “Tahun 2019 sudah mencapai 1,02 juta orang. Ini menunjukkan festival sangat efektif menarik wisatawan,” tandasnya. (dra)