8970900930
prokomsetda@bulelengkab.go.id
Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan

Namunang Pulpul, Tradisi Pemberian Sesajen Pertama di Lahan Pertanian

Admin prokomsetda | 12 Januari 2019 | 558 kali

Warga Desa Adat Pedawa, Kecamatan Banjar memiliki tradisi yang telah dilakukan secara turun-temurun dari nenek moyang mereka untuk melestarikan pertanian secara niskala. Tradisi tersebut dinamakan Namunang PulpulNamunang Pulpul berasal dari dua kata yaitu Namunang yang berarti mengumpulkan dan Pulpul berarti alat-alat yang digunakan untuk najuk atau penanaman padi. Jadi, Namunang Pulpul berarti upacara pemberian sesajen pertama kali untuk alat-alat yang dipakai pada saat menanam padi.

Najuk atau penanaman padi sejatinya sudah dilakukan empat minggu yang lallu. Namun, pemberian sesajen pertama baru dilakukan. Sesajen selanjutnya terus diberikan pada hari-hari baik selanjutnya. Pada Namunang Pulpul ini, dibuatkan sanggah atau pelinggih untuk diupacarai. Sedangkan, untuk Pulpul nya dikumpulkan menjadi satu lalu diikat dan diberikan sesajen. “Ini sesajen pertama di lahan padi gaga (padi gogo). Untuk kelanjutannya akan terus dibawakan sesajen pada hari-hari baik selanjutnya. Sampai pada padi gaga ini dipanen,” jelas Wayan Dasar, petani di Desa Pedawa didampingi penglingsir Nyoman Kalam saat ditemui di sela-sela upacara Namunang Pulpul di Banjar Dinas Insakan, Desa Pedawa, Sabtu (12/1).

Wayan Dasar pun bercerita lahannya seluas tujuh are. Pada lahan ini tidak hanya ditanam padi gaga saja melainkan bibit padi gaga hanya lima kilogram. Sisanya, yang juga ditanam pada lahan ini adalah jagung, ketela, macam-macam kecipir, kacang-kacangan, jahe dan cekuh. “Semua ini dinamakan bijaratus untuk keperluan upacara adat Desa Pedawa. Di sanalah hasil petikan termasuk padi gaga ini diperlukan untuk upacara adat,” ujarnya.

Bijaratus ini sendiri sebenarnya diambil dari hasil gaga ini. Tidak boleh mencari di luar gaga. Dan jikalaupun bisa betul-betul dari hasil gaga Desa Pedawa. Inilah yang membuat Desa Pedawa itu unik dengan tradisi dan budayanya. Walaupun ada jenis varietas padi baru, selain dari padi gaga tidak bisa dipakai untuk Bijaratus. “Tradisi ini merupakan budaya turun temurun dari lelhur kami sebelum ada sawah. Sudah harus begitu. Di samping itu, penghasilan padi juga bisa digunakan untuk melanjutkan kehidupan selanjutnya,” pungkas Wayan Dasar. (dra)