Beranda/Berita/Pawai PKB 2019, Buleleng Suguhkan Tari Pindekan Untuk Jokowi
Pawai PKB 2019, Buleleng Suguhkan Tari Pindekan Untuk Jokowi
Admin prokomsetda | 15 Juni 2019 | 272 kali
Sebagai implementasi dari tema "Bayu Pramana", duta Kabupaten Buleleng tampilkan tari Pindekan pada pawai pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 Tahun 2019, yang dilepas langsung oleh Presiden Jokowi, di Denpasar, Sabtu (15/6).
Tari pindekan sendiri merupakan garapan dari siswa-siswi SMA Bali Mandara. Tari ini dibawakan oleh lebih dari 120 orang penari. Sesuai namanya, dalam penampilan tari tersebut, para penari masing- masing membawa Pindekan atau baling-baling yang terbuat dari sebatang bambu, lengkap dengan hiasan janur dan plawa atau daun-daunan.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan Kab.Buleleng Gede Komang, dipilihnya Tari Pindekan ini merupakan wujud implementasi dari makna yang diangkat dalam PKB ke 41 tahun ini, yaitu 'Bayu Pramana', yang memiliki makna 'Memuliakan Aumber Daya Angin'.
"Pindekan sendiri maknanya perputaran jagat, perputaran dunia. Dunia ini berputAR tanpa henti pada porosnya sehingga munculah kehidupan," katanya.
Gede Komang juga memaknai Pindekan sebagai lambang dari Cakra. Perputaran itupun dimaknai sebagai seluruh dinamika yang ada dalam kehidupan di alam raya ini.
Selain menampilkan Tari Pindekan, di hadapan Presiden Jokowi dan Gubernur Bali Wayan Koster, duta Buleleng kembali menyuguhkan tari Megoak-goakan, sebagai tari permainan khas Buleleng dalam pawai pembukaan PKB tahun ini. Tarian yang terinspirasi dari Pasukan Goak yang dibentuk oleh Raja Ki Barak Panji Sakti inipun dibawakan oleh siswa-siswi SMA Bali Mandara.
Dalam bidang seni tetabuhan, pada pawai yang digelar di depan Monumen Bajra Sandhi itu, Buleleng menampilkan tabuh Kembang Kirang dari Desa Sangsit, Kec.Sawan, Kembang Kirang sendiri merupakan tabuh sakral yang berasal dari desa Sangsit. Seperti namanya, Kembang Kirang ini ditabuhkan dari gamelan gong sakral yang jumlahnya kurang (tidak lengkap seperti gong pada umumnya).
"Kembang Kirang ini kan termasuk karawitan yang sudah langka," kata Gede Komang.
Selain seni tabuh dan tari, pada barisan awal pawai, Buleleng memamerkan pakaian adat khas Desa Sembiran, Kec.Tejakula. Pakaian adat asal Desa Sembiran ini merupakan salah satu pakain Bali Kuna (jaman dulu).
"Jumlah penari sebanyak 252 orang, ditambah sekaa gong dari Sangsit itu 43 orang. Sehingga total peserta pawai dari Buleleng hampir 300 orang," tutup Gede Komang. ***(tri)