8970900930
prokomsetda@bulelengkab.go.id
Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan

Pemahaman Sastra Agama Hindu Sebagai Alat Perekat Persatuan

Admin prokomsetda | 21 Maret 2019 | 312 kali

Pemahaman sastra dan ajaran agama Hindu bagi seluruh umat serta implementasi ajaran tersebut bisa dijadikan sebagai wahana perekat persatuan intern maupun ekstern umat beragama. Oleh karena itu, pemberian ajaran berdasarkan sastra agama dan juga implementasinya menjadi sangat penting dan perlu terus diberikan guna mencapai kerukunan umat beragama.

Hal tersebut diungkapkan Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, ST dalam sambutannya yang dibacakan oleh Staf Ahli Bupati Buleleng, Drs. Ketut Warkadea, M.Si pada kegiatan Pembinaan Kerukunan Intern Umat Beragama dirangkaikan dengan Dharma Shanti Nyepi tahun Caka 1941 yang diselenggarakan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Buleleng di Wantilan Monumen Perjuangan Tri Yudha Sakti, Kelurahan Sukasada, Kamis (21/3).

Agus Suradnyana menjelaskan rasa persaudaraan semakin bisa direkatkan ketika umat bisa dan terus belajar dari sastra agama Hindu. Selain mempelajari sastra agama, umat juga harus tetap menjaga sikap agar bhuana agung dan bhuana alit bisa ajeg dan metaksu. Semua itu bisa didapatkan ketika umat tetap “membelajarkan´diri dan terus berusaha melawan hawa nafsu. “Ya seperti pada saat Nyepi. Kita melakukan Bratha agar bhuana agung dan bhuana alit ini seimbang,” jelasnya.

Pada momen Dharma Shanti Nyepi ini juga, dirinya berharap agar seluruh umat Hindu khususnya di Kabupaten Buleleng bisa saling asahasihasuh terhadap sesama umat Hindu maupun umat beragama lainnya. Menyatukan langkah untuk membangun Buleleng berdasarkan pikiran yang jernih serta sikap yang baik untuk menuju Buleleng yang lebih sejahtera. “Kita harus bersatu sesama umat Hindu dan saling toleransi terhadap umat beragama lainnya,” ujar Agus Suradnyana.

Agus Suradnyana pun tidak lupa memaparkan tentang dasar hidup di Bali yaitu Tri Hita Karana yang sudah terkenal ke mancanegara. INi yang mebuat Bali tetap ajeg seperti sekarang. Umat Hindu diajak bagaimana menjaga hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan alam serta lingkungannya. Begitu pula hubungan manusia dengan manusia yang tidak dapat dipisahkan bewgitu saja dari nilai-nilai toleransi. “Tri Hita Karana sebagai alat untuk mencapai keharmonisan dan juga menjaga Bali tetap ajeg,” tutupnya. (dra)