Penyeberangan Ke Menjangan Lumpuh
Admin prokomsetda | 16 Juni 2015 | 1041 kali
Warga Hanya Layani Pemedek
HUMAS BULELENG – Aksi boikot penyeberangan ke Pulau Menjangan akhirnya benar-benar dilakukan komponen wisata di Kecamatan Gerokgak. Senin (16/5) , nelayan wisata yang beroperasi di Pelabuhan Labuan Lalang Desa Sumberklampok, serta Pelabuhan Banyuwedang di Desa Pejarakan, sama sekali tak melayani penyeberangan wisata.
Pantauan langsung Humas Buleleng sore tadi, Aktifitas hanya terlihat di Pelabuhan Labuan Lalang. Badan Pengelola Taman Wisata Konservasi (BP-TWK) Labuan Lalang, membuka penyeberangan ke Pulau Menjangan, bagi para pamedek yang ingin bersembahyang. Menyusul keluhan pamedek yang ingin tangkil ke pura dang kahyangan yang ada di Pulau Menjangan.
Penyeberangan khusus pamedek di Labuan Lalang, disebut mulai dibuka pada pukul 10.00 pagi. Semula aksi boikot bagi pamedek tetap berlangsung sejak pukul 08.00 pagi. Namun atas desakan pamedek dan Desa Pakraman Sumberklampok, akhirnya penyeberangan khusus pamedek dibuka. Sementara untuk wisatawan domestik dan mancanegara, ditolak.
Pemandangan berbeda di Pelabuhan Banyuwedang. Disana tak nampak aktifitas berarti. Suasana pelabuhan benar-benar sepi. Hanya beberapa orang saja yang terlihat membersihkan dan merawat sampan. Sama sekali tidak ada aktifitas penyeberangan.
Ketua BP-TWK Labuan Lalang, Made Sumadra mengatakan, wisatawan mancanegara kebanyakan tak sanggup membeli tiket masuk ke kawasan Taman Nasional Bali Barat, dengan harga Rp 200ribu. Buktinya pada Senin (15/6) lalu, dari 15 orang wisatawan yang datang, hanya dua orang saja yang benar-benar sanggup membeli jasa pariwisata. Itu pun mereka harus merogoh kocek Rp 1,25 juta per orang.
“Dulu untuk dua orang wisatawan yang mau diving ke Menjangan itu, habisnya Rp 893ribu per orang. Sekarang minimal sekali Rp 1,25 juta. Nggak ada yang sanggup beli tiket pak. Hari ini saja ada dua grup, sekitar 30 orang itu, dibatalkan paket wisatanya ke Menjangan. Mereka pilih ke Pemuteran saja,” keluh Sumadra.
Hal serupa diungkapkan Ketua Kelompok Nelayan Wisata Banyumandi, Wayan Sandi. Menurut Sandi harga tiket Rp 200ribu terlampau mahal. Demikian pula jika diturunkan menjadi Rp 150ribu. “Rasanya tiket masuk Rp 50ribu, itu yang paling cocok,” kata Sandi yang ditemui terpisah.
Nelayan berharap, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, dapat mengkaji tarif masuk tersebut.