Demi memperhatikan penyandang disabilitas di Buleleng, berbagai usaha dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng melalui Dinas Sosial. Dengan Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial (K3S) yang diketuai Ir. I Gusti Ayu Aries Sujati mengajak seluruh yayasan yang peduli terhadap penyandang disabilitas untuk terus bersinergi dengan pemerintah mengingat usaha dari pemerintah saja tidak cukup.
Ajakan tersebut diungkapkannya di sela-sela menjadi pembicara bedah buku “Mengusir Gelap Dalam Cahaya” yang ditulis oleh penyandang disabilitas, Agus Setiawan di Lobi Rumah Jabatan Bupati Buleleng, Jumat (12/4).
I Gusti Ayu Aries Sujati menjelaskan dengan adanya peluncuran buku hasil karya penyandang disabilitas ini oleh Agus setiawan yang merupakan buku kedua nya, Pemkab Buleleng mengaktifkan seluruh yayasan yang ada baik di Buleleng maupun luar Buleleng. Aries Sujati juga mengajak seluruh yayasan tersebut untuk terus bersinergi dengan pemerintah daerah dalam pemberdayaan para penyandang disabilitas ini. “Kami juga perlu bantuan dan partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan penyandang disabilitas ini,” jelasnya.
Nantinya, Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Dinas Sosial dan juga K3S akan mendata penyandang disabilitas yang ada di Kabupaten Buleleng. Mereka akan dikumpulkan agar para penyandang disabilitas ini bisa bersatu dan saling menguatkan satu sama lain. Tentunya, mereka juga bisa berkarya bersama karena para penyandang disabilitas dibalik kekurangannya mempunya potensi yang besar. “Intinya tidak boleh boleh menyerah. Mereka mempunyai kemampuan lebih untuk berkarya,” ujar Aries Sujati.
Penulis dari buku ““Mengusir Gelap Dalam Cahaya”, Agus Setiawan mengungkapkan selain untuk memotivasi rekan-rekan para penyandang disabilitas, nantinya, sebagian hasil penjualan buku ini akan disumbangkan untuk kegiatan sosial kemanusiaan dan penyandang disabilitas lainnya. Agus ingin dengan melihat dirinya, penyandang disabilitas lainnya bisa terus bersemangat dalam menjalani hidup. “Lebih percaya diri lagi. Kalu memiliki cita-cita tidak putus asa. Siapapun bisa menjadi sukses,” ungkapnya.
Dirinya menambahkan memerlukan waktu yang lumayan untuk menyusun buku ini. Untuk buku pertama berjudul “Berjuang Menembus Kemelut Kehidupan” yang sudah terjual sebanyak 3.500 eksemplar membutuhkan waktu delapan bulan. Sedangkan untuk buku kedua yang di bedah ini membutuhkan waktu dua bulan. “Karena saya mengetiknya hanya dengan satu jari sedangkan jari yang lain tidak berfungsi,” imbuh Agus Setiawan.
Sementara itu, akademisi yang juga seorang penulis, Kadek Sonia Piscayanti dalam paparannya mengapresiasi buku kedua Agus Setiawan ini. Bagaimana buku ini bisa memotivasi kita yang diberikan kondisi yang normal untuk terus berjuang. Buku ini juga mengajrkan kita untuk selalu bersyukur dalam segala keadaan. “Agus saja bisa selalu bersyukur dengan keadaannya, apa kabar dengan kita yang normal,” katanya.
Ada perbedaan dari buku Agus Setiawan yang pertama dengan kedua. Buku pertama merupakan sebuah memoar atau perjalanan hidup dari seorang Agus Setiawan. Bagaimana perjalanan hidupnya dan juga perjuangan ibunya mendidik dua anaknya yang penyandang disabilitas dengan segala kekurangannya yang ditulis secara menarik. Sedangkan buku kedua merupakan kumpulan kata-kata mutiara atau motivasi. “Kalau anda membeli buku ini dan membaca kalimatnya, kita bisa merasa tercerahkan. Itulah sebabnya judulnya berisi cahaya,” tutup Sonia Piscayanti. (dra)