PUJAWALI PURA AGUNG PULAKI, PEMKAB BULELENG MELAKSANAKAN UPACARA WANARALABA
Admin prokomsetda | 30 September 2015 | 1424 kali
Serangkaian Upacara Pujawali Pura Agung Pulaki Lan Pesanakan Ida yang bertepatan pada Purnamaning Kapat, Senin (28/9) Pemerintah Kabupaten Buleleng melaksanakan Upacara Wanara laba yang pelaksanaannya berlangsung selama Pujawali Pura Agung Pulaki Lan Pesanakan Ida. Seluruh SKPD di Lingkup Pemerintah Kabupaten Buleleng ikut menghaturkan sarana berupa jenis labaan seperti 150 butir telor mentah serta buah pisang sebanyak 10 ijas.
Sebelum pujawali digelar pada malam harinya, di Pura Pulaki diselenggarakan upacara Wanara Laba, sebuah upacara persembahan untuk ratusan kera yang selama ini menjadi penghuni perbukitan di areal Pura Pulaki. “ Yang lebih unik, saat itu juga digelar upacara lelabaan untuk wong samar atau gamang yang sejauh ini diyakini turut menjaga keajegan Pura Pulaki dan pura pesanakannya yang lain, “ungkap Ida Bagus Mangku Temaja ditemui saat melaksanakan Upacara Wanaralaba.
Panglingsir Pura Agung Pulaki, Ida Bagus Mangku Temaja, memaparkan Wanara Laba merupakan sebuah upacara persembahan bagi kera yang selama ini menjadi penjaga setia Pura Pulaki. Ini dilakukan agar pada saat pujawali para kera itu tetap setia menjaga kelancaran dan kerahayuan pujawali. Secara simbolis, upacara itu memang dilakukan bagi kera di Pura Pulaki. Namun, sesungguhnya upacara itu juga dihaturkan bagi kera yang ada di seluruh Bali agar selalu menjaga Bali tetap ajeg dan rahayu.Pada saat upacara Wanara Laba, pengempon pura menghaturkan banten suci dan buah-buahan. Upacara itu biasanya dilakukan tepat pada siang hari sebelum digelar puncak pujawali pada siang harinya.
Selanjutnya, upacara lelabaan untuk wong samar dilaksanakan sebagai bentuk persembahan kepada makhluk yang tidak kelihatan di Pura Pulaki. Makhluk ini memang diyakini selalu setia menjaga parahyangan, menjaga Ida Batara dan menjaga umat di Pura Pulaki dan di pura-pura lain di Bali. Persembahan pada upacara lelabaan ini terdiri dari suci ageng, ajengan keplogan, klungah aijeng dan pisang aijeng yang diikat ibus (sejenis pohon). Upacara ini dimaksudkan sebagai sebuah bentuk kesadaran umat untuk selalu menjaga wong samar dan gamang sehingga jagat secara niskala dan sekala selalu seimbang dan rahayu.
Sejumlah umat mengakui, ratusan kera yang selama ini berkeliaran di Pura Pulaki akan menunjukkan sikap yang jinak setelah digelar upacara Wanara Laba. Umat bahkan menganggap keberadaan ratusan kera di Pura Pulaki merupakan pelengkap yang tak bisa dipisahkan dari aura religius yang dipancarkan oleh Pura Pulaki. Meski terkadang kera-kera itu menunjukkan perilaku nakal, namun umat mengaku keberadaan kera itu merupakan bentuk kesempurnaan dari prosesi persembahyangan di Pura Pulaki. ''Justru ketika tak ada kera di Pura Pulaki, kami merasa persembahyangan belum terasa lengkap,'' kata seorang umat saat bersembahyang di Pulaki.