Bupati dan Wabup Buleleng Sembahyang di Pura Dang Kahyangan Gili Kencana Menjangan
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana,ST dan Wakil Bupati Buleleng, dr. I Nyoman Sutjidra,Sp OG melaksanakan persembahyangan bersama jajaranya, di Pura Dang Kahyangan Gili Kencana Pulau Menjangan, Kecamatan Gerokgak, Selasa (17/9).
Usai sembahyang Bupati Suradnyana menjelaskan, persembahyangan ini merupakan salah satu wujud syukur dan sradha bhakti kehadapan Ida Bhatara yang berstana di Pura Gili Kencana, agar alam beserta isinya ini selalu dalam lindungan Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan dilaksanakannya piodalan ini diyakini keseimbangan antara bhuana alit dan bhuana agung akan teteap terjaga dengan baik.
“Dumogi kita semua diberi kerahayuan, tuntunan dalam melaksanakan pembangunan dan pelayanan di Buleleng ini,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang baik tersebut, Bupati murah senyum itu menghimbau kepada seluruh masyarakat Buleleng dan Bali pada umumnya agar senantiasa menjaga warisan budaya leluhur yang erat kaitannya dengan Pura yang ada di bali, dengan demikian pengikisan terhadap tradisi tidak akan terjadi. “Bali merupakan wilayah yang banyak memiliki budaya yang unik dan menarik serta disegani oleh dunia, mari kita jaga dan lestarikan bersama” katanya.
Salah seorang pengempon pura Dang Kahyangan Gili Kencana Menjangan, Jro Mangku Made Arya menuturkan, menurut cerita dari para pendahulu Pura Gili Kencana merupakan petilasan dari Dang Hyang Nirartha saat datang ke tanah Bali, dan baru ditemukan pada tahun 1931, kemudian Pura ini dibangun lagi sekitar tahun 70an dengan empat bagian, di pos 1 dan pos 2 ada 1 bagian yaitu klenting sari, bangunan pertama yaitu penataran, kemudian di puncak, taman, dan terakhir di peyogaan, 4 bagian yang ada di pos 1 ini dibangun bersamaan dan piodalannya dibagi menjadi dua yaitu di puncak dan di penataran yang jatuh pada purnama ketiga. Pura Gilli Kencana sendiri diempon oleh empat desa yaitu desa Pemuteran, Sumberkima, Pejarakan dan desa Sumberkelampok.” Keberadaan Pura niki pingit,lingsir (angker dan tua)” kata pria asal desa Sumberkima itu.
Lebih lanjut Jro Mangku Arya menjelaskan,Puncak Piodalan tepatnya jatuh pada Purnama Sasih Ketiga, Sabtu (14/9) kemarin, diawali dengan piodalan di Teluk Kelor, lalu pecaruan yang dilanjutkan penganyar, kemudian pada hari ini adalah upacara penyineb “Di pura ini berstana Dang Hyang Dwijendra, dan tiang ngemponnya di sini” pungkasnya(Smd)