Demi mempertahankan dan melestarikan warisan budaya leluhur, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng, melalui Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng menggelar pelatihan menulis lontar. Giat ini diikuti oleh ratusan pelajar tingkat Sekolah Menengah pertama (SMP) yang ada di Buleleng.
Pelatihan ini digelar dengan dua metode yakni secara langsung dan secara virtual. Pelatihan yang digelar secara langsung, dilaksanakan di Gedung Sasana Budaya Singaraja, Kamis (12/11).
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Gede Dody Sukma Oktiva Askara mengatakan selain melestarikan warisan budaya leluhur, pelatihan ini juga ditujukan untuk memberikan edukasi kepada generasi muda. Khususnya tentang budaya kearifan lokal berupa manuskrip. Buleleng sendiri memiliki Museum Gedong Kirtya yang dikenal satu-satunya museum lontar yang ada di Bali. Museum yang sudah memiliki reputasi dan dikenal hingga mancanegara.
“Kita memberikan edukasi kepada generasi muda kita di Buleleng, tentang pengenalan dan cara menulis lontar yang benar. Dengan mereka mengenal, tentu akan sayang dan peduli dengan khasanah budaya utamanya manuskrip tulisan diatas daun lontar,” ujarnya.
Kegiatan ini secara rutin akan digelar setiap tahunnya. Untuk kali ini sebanyak 102 peserta yang mengikuti pelatihan, pelaksanaannya dibagi dalam dua hari. Itu dikarenakan masih dalam situasi pandemi. Untuk yang virtual, disiarkan secara langsung melalui media sosial facebook. Sementara itu pelatih yang dilibatkan dalam kesempatan ini sebanyak dua orang. Satu pelatih mengajar dalam satu hari.
“Hari ini yang melatih yakni I Gusti Bagus Sudiasta asal Desa Bungkulan, yang juga diketahui sebagai eks Kepala Museum Gedong Kirtya. Kemudian untuk besok Ni Made Ari Dwijayanti dari STAHN Mpu Kuturan Singaraja,” imbuh Gede Dody.
Hal senada dikatan Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, saat memberikan sambutan pada acara webinar tentang pengembangan Museum Gedong Kirtya Singaraja. Pada kesempatan itu ia mengungkapkan Museum Gedong Kirtya nantinya akan dijadikan pusat penelitian lontar kuno. Bahkan koleksi Gedong Kirtya menjadi rujukan para Pemikir Bali dan Dunia. Sehingga ini harus dikembangkan.
“Ini sangat penting, bagaimana kita bisa menggali pelajaran dari leluhur kita yang tertuang di lontar-lontar tersebut. Karena masih banyak hal-hal yang perlu kita ketahui dari peninggalan leluhur untuk mempertahankan warisan budaya leluhur kita,” ungkapnya. (Rma)