Pembangunan jalan baru batas Kota Singaraja – Mengwitani tepatnya titik 5 dan 6 telah mencapai 97,26 persen. Capaian itu merupakan gabungan dari pembangunan dibeberapa titik pekerjaan seperti pengerjaan jembatan mencapai 99,8 persen, pengerjaan jalan 95 persen, dan akan rampung sesuai dengan kontrak pada tanggal 31 Desember 2019 mendatang.
Demikian dikatakan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pembangunan jalan baru batas Kota Sinaraja – Mengwitani, Ketut Payun Astapa, saat ditemui dilokasi pengerjaan Sortcut, Rabu, 4 Desember 2019 sore.
Ketut Payun menambahkan, untuk pengerjaan jembatan tinggal merampungkan lampu marka jalan yang berada di pintu utara dan selatan jembatan. Sedangkan untuk pengerjaan jalan, tinggal merampungkan penyelesaian pengaspalan saja. Menurtunya pengaspalan memakan waktu sedikit lebih lama. Hal itu disebabkan situasi cuaca yang tidak menentu, terkadang saat pengaspalan turun hujan. Lanjut Payun, meskipun demikian dirinya optimis akan merampungkan pembangunan jalan baru tersebut sesuai target perjanjian yaitu 31 Desember 2019 mendatang.
“Pertengahan Desember kita sudah bisa melaspas maupun mecaru di jembatan” ungkapnya.
Lebih detail Ketut Payun menjelaskan, untuk proses pengerjaan pengaspalan harus dikerjakan sesuai dengan aturan, sesuai dengan prosedur pengaspalan, ketebalan aspal harus betul-betul diperhatikan. Menurutnya ada tiga lapis yang harus dilakukan, lapis pertama 8 cm ac bc, lapis kedua 6 cm ac bc dan yang ketiga lapis permukaan yaitu 4 cm, dan yang terpenting tidak boleh terkena air. Karena apabila terkena air, maka jalan yang diaspal terseubut akan sedikit bergelombang. Oleh sebab itu, dirinya bersama tim yang berada dilapangan lebih mengutamakan pengerjaan pengaspalan untuk menghindari musim hujan.
“Kalau pengaspalan tidak boleh saat hujan, dan kalau hujan kita akan berhenti. Kami fokus supaya bagus pekerjaan kami” , jelasnya.
Ketut Payun menambahkan, terkait dengan pemasangan rumput pada zona 1,3 dan 4 sebagian besar sudah tumbuh. Tetapi ada beberapa kendala pada galian terakhir terdapat batu pada tebing, sehingga penanaman rumput pada area tersebut sedikit lebih lama.
Di lereng – lereng terakhir itu ada batu, lanjut Payun, tetapi dengan metode hydroseeding menggunakan sabut kelapa berbentuk jaring yang ditempelkan pada batu dan ditambah tanahliat maka bibit rumput dengan mudah bisa ditanam dan tumbuh dengan baik pada lereng berbatu tersebut.
“ Kami optimis di pertengahan bulan itu akan selesai” pungkasnya (Smd)