Pada Twin Lake Festival (TLF) yang kembali digelar oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng ke-6 di tahun 2019 ini, dimeriahkan oleh tarian sakral yang berasal dari Desa Pancasari. Tarian tersebut dinamakan Tari Sang Hyang Penyalin. Tarian ini bertujuan untuk membersihkan tempat berlangsungnya TLF ini secara niskala.
Hal tersebut dijelaskan Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) Kabupaten Buleleng yang ditemui di sela-sela acara pembukaan TLF yang mengangkat tema “Back To Nature” bertempat di kawasan Danau Buyan dan Danau Tamblingan, Rabu (3/7) sore.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, tarian ini dilakukan mengingat tempat pelaksanaan TLF ini banyak pembenahan, maka dari itu selain dibersihkan secara skala saja, alangkah baiknya dibersihkan secara niskala juga, agar acara dapat berjalan dengan lancar yang dilandasi dengan ritual keagamaan. Tarian ini secara umum hampir sama tujuannya dengan tarian sang hyang memedi dan sang hyang dedari.”Melalui tarian ini, jangan sampai kita melupakan tradisi leluhur kita, agar seni dan budaya tetap terjaga,” katanya.
Sementara itu, usai mendampingi para penari, Ketua sekaa tari sang hyang penyalin Gede Adi Mustika menjelaskan tarian sang hyang penyalin merupakan tarian pra hindu yang sudah ada sejak tahun 1958. Saat ini, para penarinya sudah memasuki generasi yang ke-3 yang bernama Sekaa Sang Hyang Puspa Mala Giri. Makna dari tarian penyalin ini adalah untuk menghibur para buta kala, agar umat manusia tidak diganggu lagi.”Ini hampir sama dengan pecaruan, kalau pecaruan itu identik dengan persembahan berupa sajen, kalau ini berupa tarian,” jelasnya.
Tarian ini, masih kata Adi Mustika, biasanya digelar bertepatan dengan rahina tilem kenem atau ngelawang desa karena tepat pada tilem kenem tersebut memasuki musim pancaroba, dan tarian ini juga dipercaya untuk menolak bala. Untuk penarinya, tidak sembarang orang bisa melakukannya, hanya orang-orang yang memiliki iman dan takwa yang kuat saja biasanya dapat menarikan tarian ini atau dalam umat hindu biasa disebut “Ngiringang” atau “Metaksu”.”Kalau yang menarikan tidak berjodoh, maka dia akan terjatuh, begitu sebaliknya, jika berjodoh atau ngiringang, maka dapat melakukannya,” pungkasnya. (Rma)